Thursday, February 6, 2014

RIDHO

"Rodhiitubillahirobba, wabilislaamidiina wabiimuhammadinnabiyya warosuula!"

Suara lantang bersemangat dari murid-murid TK Islam dan Taman Pendidikan Al Quran sering kita dengar melantunkan doa itu sebelum mereka belajar. Terlepas dari adab berdoa yang kadang sambil berteriak, maklumlah anak-anak kalau sudah bertemu komunitasnya ya begitu, tapi tetap saja lantunan doa itu mempengaruhi jiwa yang mendengarnya.

Aku sering berandai-andai, jika saja para orang tua dan guru mampu menanamkan doa itu ke jiwa anak sejak diri, bukan sekedar hafal di mulut, tentu bisa dibayangkan, seperti apa kualitas mereka di masa depan.

Tapi harapan itu menipis, ketika menyadari, tentu bukan hal yang mudah menanamkan itu pada jiwa anak, sebab pada kenyataannya para orang tua dan guru sendiri masih belum banyak yang bisa mengaplikasikan isi doa itu dalam kehidupannya, misalnyapun ada, tentu jarang yang bisa mendekati level sempurna.

Secara umum dan sederhana, ridho maksudnya adalah merasa puas dan tidak mencari yang lain.

Sebagian ulama menambahkan, ridho berarti cinta dan tidak ada kebencian sedikitpun terhadap yang diridhoi, mentaati semua kebijakan dan senantiasa membela serta rela bersusah payah untuk yang diridhoi.

Ketika mentadabaruri masalah ini, rasa malu menyergap tak ampun lagi. Ke mana diri inikan sembunyi?

Apalagi kalau kita mau sedikit lebih detil mentadaburinya, semakin merasa diri ini jauh dari yang seharusnya.

Bisakah dikatakan ridho dengan Allah sebagai Tuhan, sedang mengenalNyapun ala kadarnya? Seberapa banyak jenak waktu kita sediakan untuk menelusuri sifat-sifatNya dari ayat-ayat yang diturunkan sebagai pedoman hidup kita.

Sudahkah kita persembahkan semua apa yang kita lakukan untuk Dia yang kita ridhoi sebagai Tuhan?

Sudahkah kita menyenangkanNya dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan yang dilarang?

Sudahkah kita ridho dengan apapun takdir dan ketentuanNya untuk diri kita?

Benarkah kita ridho Islam sebagai agama, sedang aturan-aturannya masih saja kita perdebatkan? Bisakah dikatakan ridho jika untuk menerima satu konsepnya saja, misalnya poligami, ogah mati-matian, apalagi melakoninya?

Bisakah dikatakan ridho, ketika kita dengan mantapnya mengatakan,"Jangan bawa-bawa agama ke ranah politik!"

Bisakah dikatakan ridho jika masih banyak "tapi" untuk menerapkannya?

Nah, bagaimana pula ridho dengan Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam sebagai nabi dan utusanNya?

Sudah berapa buku shiroh/ riwayat hidupnya yang kita baca? Sudah seberapa banyak sunnah-sunnahnya yang kita laksanakan sebagai bentuk cinta dan ridho kita kepadanya? Apakah kita termasuk orang yang selalu mencela prilaku orang lain dengan tuduhan tidak nyunnah dengan cara yang justru tidak nyunnah?

Hmm semakin dalam memikirkannya, mentadaburinya, semakin merasa diri ini terhempas pada kenyataan bahwa ternyata masih jauh dari yang seharusnya. Sebuah kesadaran yang membangkitkan energi untuk memperbaiki diri selagi masih ada kesempatan.

***

@ "Telah merasakan lezatnya iman orang yang ridho bahwa Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul." HR Muslim

@ "Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." HR. Thabrani

@ "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata,'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim.'" QS Fushilat  ayat 33.

@"Orang yang paling bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan tulus dari lunuk hatinya." HR Bukhari.

No comments:

Post a Comment