Sunday, August 31, 2014

Doa Ibu Imam Bukhari

Seri Pejuang Ilmu >1<

Siapa tak kenal nama Imam Bukhari? Perawi hadist peringkat pertama untuk keshahihannya. Tetapi, pernahkah kita mencari tahu bagaimana kehidupan dan perjuangan beliau dalam upaya menghasilkan karya yang spektakuler dan sangat dibutuhkan itu? Padahal bisa dipastikan, dari kehidupan beliau banyak hal yang bisa kita pelajari untuk kita contoh dan terapkan dalam kehidupan.

Abu Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin Al-Mughiroh bin Badrudizbah Al-Ju'fiy Al-Bukhari, lahir tahun 194 H di Bukhoro, salah satu wilayah di Rusia (atau Uzbekistan?). Itu sebabnya beliau disebut sebagai Imam Bukhari.

Beberapa sumber mengatakan, setelah kelahirannya Imam Bukhari mengalami kebutaan. Tapi dengan kesabaran, orang tuanya tak bosan berdoa untuk kesembuhannya.

Muhammad bin Ahmad bin Fadhl al-Balkhi berkata,"Aku mendengar bapakku berkata:'Kedua mata Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) buta pada waktu kecilnya. Hingga suatu saat ibunya mimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim al-Khalil dalam tidurnya. Nabi Ibrahim berkata kepadanya,"Wahai engkau perempuan! Sesungguhnya  Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu lantaran banyaknya tangisanmu (atau doamu-al-Balkhi sang perawi ragu antara keduanya), lalu pada pagi hari kami melihat, ternyata Allah telah mengembalikan penglihatannya."

Sebuah pelajaran besar yang bisa kita ambil, bahwasanya tak ada yang mustahil bagi Allah. Dari kenyataan ini juga kita bisa belajar, salah satu cara bagaimana mengantarkan anak menuju kesuksesannya.

Kisah ini juga mengingatkan kita pada sebuah hadist, dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah saw bersabda,"Tiga doa yang mustajab (didengar oleh Allah) yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya ; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir dan doa orang tua untuk anaknya." HR Tirmidzi.

Sebagian kita beranggapan, anak berkebutuhan khusus adalah musibah dan beban berkepanjangan. Itu semua hanya anggapan, karena Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Apapun ciptaannya akan bermanfaat, tergantung bagaimana manusia menerima dan mengelolanya.

Selain kehidupan Imam Bukhari, mungkin kita bisa mengambil contoh orang tua masa kini yang mampu mengoptimalkan potensi anaknya yang berkebutuhan khusus, bahkan melebihi manusia normal lainnya.