Sunday, August 31, 2014

Doa Ibu Imam Bukhari

Seri Pejuang Ilmu >1<

Siapa tak kenal nama Imam Bukhari? Perawi hadist peringkat pertama untuk keshahihannya. Tetapi, pernahkah kita mencari tahu bagaimana kehidupan dan perjuangan beliau dalam upaya menghasilkan karya yang spektakuler dan sangat dibutuhkan itu? Padahal bisa dipastikan, dari kehidupan beliau banyak hal yang bisa kita pelajari untuk kita contoh dan terapkan dalam kehidupan.

Abu Abdillah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin Al-Mughiroh bin Badrudizbah Al-Ju'fiy Al-Bukhari, lahir tahun 194 H di Bukhoro, salah satu wilayah di Rusia (atau Uzbekistan?). Itu sebabnya beliau disebut sebagai Imam Bukhari.

Beberapa sumber mengatakan, setelah kelahirannya Imam Bukhari mengalami kebutaan. Tapi dengan kesabaran, orang tuanya tak bosan berdoa untuk kesembuhannya.

Muhammad bin Ahmad bin Fadhl al-Balkhi berkata,"Aku mendengar bapakku berkata:'Kedua mata Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) buta pada waktu kecilnya. Hingga suatu saat ibunya mimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim al-Khalil dalam tidurnya. Nabi Ibrahim berkata kepadanya,"Wahai engkau perempuan! Sesungguhnya  Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu lantaran banyaknya tangisanmu (atau doamu-al-Balkhi sang perawi ragu antara keduanya), lalu pada pagi hari kami melihat, ternyata Allah telah mengembalikan penglihatannya."

Sebuah pelajaran besar yang bisa kita ambil, bahwasanya tak ada yang mustahil bagi Allah. Dari kenyataan ini juga kita bisa belajar, salah satu cara bagaimana mengantarkan anak menuju kesuksesannya.

Kisah ini juga mengingatkan kita pada sebuah hadist, dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah saw bersabda,"Tiga doa yang mustajab (didengar oleh Allah) yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya ; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir dan doa orang tua untuk anaknya." HR Tirmidzi.

Sebagian kita beranggapan, anak berkebutuhan khusus adalah musibah dan beban berkepanjangan. Itu semua hanya anggapan, karena Allah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Apapun ciptaannya akan bermanfaat, tergantung bagaimana manusia menerima dan mengelolanya.

Selain kehidupan Imam Bukhari, mungkin kita bisa mengambil contoh orang tua masa kini yang mampu mengoptimalkan potensi anaknya yang berkebutuhan khusus, bahkan melebihi manusia normal lainnya.

Tuesday, April 29, 2014

IMAN ITU BERCABANG-CABANG

"Maksudnya apa? Bukankah iman itu merupakan keyakinan dalam hati, ikrar dengan lisan dan amal dengan anggota badan. Bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat?"

"Betul, naaaah, cabang-cabang iman ini merupakan penjabaran dari pengertian iman tersebut. Sebagai Muslim, sebaiknya kita tahu, sehingga bisa hidup dengan iman yang benar?"

"Ada berapa, cabang iman?"

"Iman itu terdiri dari enam puluh sekian atau tujuh puluh sekian cabang, yang paling utama adalah ucapan 'laa ilaaha illallaah', yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman." (HR Bukhari n Muslim dari Abu Hurairah)

"Banyak banget! tapi, mengapa yang paling utama ucapan laa ilaaha illallaah'?"

"Karena 'laa ilaaha illallaah' inti dakwah para rasul yang diutus Allah ke muka bumi, dalam firman-Nya:
'Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahykan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan (yang wajib disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.' (Al Anbiya : 25)"

"Ucapan laa ilaaha illallaah yang disertai pemahaman, akan memberikan pengaruh pada diri yang mengucapkan dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan tujuan diciptakannya, yaitu beribadah kepada Allah."

"Kok cabang iman terendah menyingkirkan gangguan dari jalan?"

"Karena sebagian kita suka meremehkan amal-amal sederhana, seperti menyingkirkan duri atau kayu yang menghalangi jalan, padahal itu merupakan amal yang membuktikan keimanan seseorang. Dengan perbuatan sederhana itu, banyak orang terselamatkan, terhindar dari musibah, bukankah hal itu layak mendapat ganjaran pahala? "

"Terus kenapa malu juga bagian dari iman?"

"Rasa malu biasanya mencegah kita dari berbuat maksiat."

"Cabang iman yang lain, apa aja?"

"Wedew! Perlu penjelasan panjang lebar nih! Biar puas, baca di kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar, atau minimal di buku Arba'in Tarbawiyah karya Fakhruddin Nursyam, Lc."

"Wah! Pe er dong?"

"He he he."



Thursday, March 27, 2014

KITA BUTUH KOTAK

Belakangan, terjadi alergi massal terhadap masalah politik dan partai.

Salah satunya pernyataan bahwa partai itu merupakan tindakan pengkotak-kotakan terhadap manusia, dan tidak sepantasnya dilakukan terhadap manusia.

Benarkah manusia tidak butuh kotak?

Kalau kotak yang dimaksud adalah penggolongan manusia, benarkah tidak manusiawi? Sedangkan Allah sendiri menggolongkan manusia ke dalam dua golongan, dua kotak, yaitu hizbusyaithon dan hizbullah.

Menurutku bukan masalah pengkotakannya yang perlu kita kritisi, tapi dasar pengkotakan itu.

Allah menggolongkan manusia dengan dasar perbedaan ketaatanNya, yang taat dan setia kepada syaithon disebut hizbusyaithon, golongan syetan, partai syetan, sedang yang taat kepada Allah disebut hizbullah, golongan yang taat dan setia kepada Allah, partainya Allah.

Bukankah ada kecenderungan manusia mendekat kepada yang sejenis, nyaman dengan karakter sejenis? Artinya berkotak-kotak, bergolongan, berpartai, itu merupakan naluri manusia, sangat manusiawi.

Jujur, bagaimana rasanya kalau kita merasa tidak berada di golongan tertentu? golongan syeitan atau golongan Allah? golongan kafir atau golongan beriman? nggak jelas siapa kawan siapa lawan?

KELIRU ATAU LUPA?

Ini kejadian sekitar setahun yang lalu.

"Tif, ada pulsa nggak?"

"Kosong, Mi, belum ngisi. Pulsa Umi habis juga?"

"Iya, pikirnya sih pake hp Hatif, sms Mama Akram, minta isiin pulsa."

"Aku isiin dari konter ya, sekalian ngisi punyaku."

"Ya, boleh."

***

"Sudah masuk, Mi, pulsanya?" tanya Hatif sekembalinya dari konter.

"Belum."

"Kok belum ya, padahal tadi aku tungguin ngisinya?"

"Tanya lagi aja, sayang duapuluh ribu kalau nyasar."

"Iya, Mi, mumpung belum lama."

***

"Mi, sudah terkirim tuh laporannya, sekarang sudah masuk?"

"Belum juga."

"Wah, padahal beneran, aku tadi baca sms laporannya."

"Hatif lihat nomor tujuannya?"

"Lihat, Mi, bener kok."

"Nomor berapa?" tanyaku. Kemudian Hatif menyebutkan nomor yang diisi pulsa, ha ha, ternyata nomor Abi.

"Hatif ingat nomor Abi?" kutanyakan lagi, untuk lebih yakin bahwa feelingku benar.  Dia menyebutkan nomor hpku.

"Yakin, itu nomor Abi?" tanyaku sambil tersenyum. Hatif tampak mengingat-ingat.

"Ha ha ha, tertukar, Mi! Pantes nggak masuk-masuk."

"Piye tho Tif, Al Quran 30 juz masuk, kok nomor hp lupa?"

"Bukan lupa, Mi, tapi keliru. Kalau lupa nomornya salah, tapi ini tadi nomornya benar tapi labelnya tertukar, he he."

"Menghafal Al Quran juga begitu ya? Sering tertukar antar ayat?"

"Iya Mi, tapi semakin sering murojaah/ diulang-ulang ya tambah berkurang yang begituan."

"He he, kirain Umi, kalau sudah hafidz Quran, semua informasi yang masuk nggak bakal lupa?"

"Wah, malah bahaya, Mi, kalau sepert itu."

"Kok bahaya?"

"Misal nih, aku melihat cewek cantik, apa dari TV, iklan di pinggir jalan atau orang sungguhan, trus nggak lupa-lupa, malah repot, Mi, mengganggu konsentrasi."

"Subhanallah, Robbana ma kholaqta, tak ada kesia-siaan dalam ciptaan Allah, termasuk lupa."

***


Wednesday, March 26, 2014

NGAJI POLITIK

"Mi, suami saya agak keberatan kalau saya pamit mau pengajian," kata bu Yani.

"Lho, kemarin-kemarin nggak keberatan? Katanya malah senang, karena sejak ikut pengajian Ibu tambah rajin ibadah dan tambah pinter membahagiakan suami?" tanyaku.

"Yang kemarin saya nggak bohong, Mi. Tapi sekarang-sekarang ini beliau keberatan, karena katanya sekarang ngajinya dikait-kaitkan dengan politik."

"Bukannya sudah tahu dari awal kalau Umi termasuk yang dakwahnya lewat politik?"

"Tahu kok, Mi, tapi selama ini nggak begitu mengganggu, mungkin karena situasi dekat pemilu ini, jadi panasnya terasa, he he?"

"Selama ini merasa dipaksa ikut politik, ngggak?"

"Nggak, Mi. Saya sama sekali nggak merasa di ajak ke politik, yang saya rasakan saya diajak untuk lebih dekat sama Allah, berkeluarga dan bermasyarakat sesuai tuntunan Islam. Andainyapun diajak untuk partisipasi dalam kegiatan yang pake bendera partai, nggak dipaksa juga, sukarela. Kegiatannya juga nggak ada yang melanggar, masa dzikir bersama, bakti sosial, senam massal melanggar, enggak kan Mi?"

"Ya syukurlah kalau Ibu tidak merasa dipaksa."

"Tapi heran deh, kenapa orang-orang yang nggak ikut ngaji bisa ngomong macam-macam ya?"

"Apa yang mereka katakan?" tanyaku.

"Maaf, Mi, meeka bilang partai Umi, eh partai kita menjual agama."

"Ya biarlah, yang penting kita tidak melakukan yang mereka tuduhkan."

"Mi, sebenarnya berpolitik itu dilarang nggak sih dalam Islam?"

"Islam itu ajaran yang syumul, lengkap, menyeluruh, meliputi seluruh aspek kehidupan kita. Dari urusan makan, buang air, hubungan suami istri, bermasyarakat, pendidikan, bernegara, semua ada tuntunannya. Rasulullah sendiri seorang pimpinan tertinggi sebuah masyarakat dan negara."

"Tapi ada yang bilang, karena sistem negara kita bukan sistem Islam, maka kita nggak boleh ikut di dalamnya?"

"Beda pendapat itu biasa, tapi sebaiknya tidak menimbulkan perpecahan di antara umat Islam, jangan saling serang, jangan menghalangi kalau kita tidak setuju dengan caranya. Kalau kita belum bisa bekerja sama dalam satu tim, ayo kita sama-sama kerja dalam bidang dan garapan dakwahnya masing-masing. Musuh kita hanya satu, syetan dalam segala bentuknya, mereka yang menghalangi kita berdakwah untuk mengajak manusia menuju ketaatan hanya pada Allah."

"Tantangan di jalan dakwah memang berat ya, Mi?"

"Ya beratlah, karena imbalannya juga hal yang luar biasa, keridhoan Allah dengan surgaNya."

Tuesday, March 11, 2014

BISAKAH KITA TERBEBAS DARI PARFUM?

"Mau ke mana, Han?" tanyaku saat Hany berpamitan.

"Ke mini market sebentar."

"Beli apa?"

"Parfum."

"Untuk siapa?" biasanya ada teman yang suka nitip belanja.

"Untuk Hanylah, Mi."

"Bukannya perempuan kalau keluar rumah nggak boleh pakai parfum?"

"Memang Umi nggak pakai parfum?"

"Nggak."

"Kalau mandi, Umi pakai sabun nggak?"

"Pakai."

"Harum nggak?"

"Harum."

"Parfum bukan?

O ow, pinternya ABGku, iya juga, parfumkan berarti pengharum?

"Memang kita bisa bebas dari parfum, Mi? Hampir semua kebutuhan kita yang terkait dengan perawatan tubuh dan pakaian menggunakan parfum. Sabun mandi, shampo, bedak, sabun cuci, detergen, pelembut cucian, pelicin pakaian, semua pakai parfum."

"Benar juga sih, tapikan kita harus melaksanakan tuntunan Rasulullah sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah."

"Kata ustadz, ketika kita mengkaji ayat atau hadist, tidak boleh satu ayat atau hadist tunggal, kan banyak ayat dan hadits yang membahas tentang tema tertentu?"

"Memang iya sih, dalam bahasan tertentu sering terjadi beberapa pendapat yang berbeda, semuanya pakai dalil, itu sebabnya untuk urusan yang seperti ini kita jangan ngotot dengan pendapat sendiri. Kita perlu kritis dengan dalil yang dijadikan dasar berpendapat."

"Jadi gimana?" Hany menunggu keputusanku.

"Lha Hany pakai parfum tujuannya untuk apa?"

"Malu, Mi, BB."

"Kalau masalah BB sebenarnya bisa diusahakan dengan menjaga kebersihan dan pola makan yang baik, kecuali ada penyakit tertentu."

"Kalau seperti Umi enak, di rumah. Keringatan sedikit bisa dilap basah, baju bau dikit bisa langsung ganti, lha Hanykan di luar rumah, nggak bisa menghindar dari keringat dan baunya."

"Di salah satu hadist, Rasululullah mengatakan parfum yang baik untuk laki-laki yang kuat baunya, sedikit warnanya, sedang untuk wanita, yang kuat warnanya, sedikit baunya. Sementara pakai dalil ini dulu, sambil terus belajar. Luruskan niatnya, jangan terbersit dalam hati niat pakai parfum untuk menarik lawan jenis. Beli parfum yang fungsinya menetralisir bau keringat, harumnya lembut, trus hindari berdekat-dekat dengan lawan jenis."

"Iya, Mi. Semoga Allah mengampuni, misalnya dalam pilihan sikap ini belum yang terbaik menurutNya."

HARI PERTAMA

by Hany (MHA3)

''Haa! Yang bener, kamu dari pondok?" tanya temanku dengan intnoasi bingung.

''Yaa," jawabku singkat.

''Hmm,trus kamu gimana ke pondoknya kalo kamu kursus di sini?" tanya temanku lagi, dengan wajah heran.

"Ihh,lebay dech,'' jawabku lagi.

''Duuh,,,ciusan looh ouy'', sekarang dia sudah kesal dengan jawabanku yang begitu, singkatnya, meskipun aku di pondok terbilang anak yang super duper ciwet (cerwet), tapi aku bisa aja secara tiba-tiba jadi anak yang pendiam dan kalem ha ha.

''Iya dech aku kasih tau, aku memang dari pondok tapi bukan santri, jadi. . ."

''Apa?" tanya temanku lagi.

''Ya begitulah,''sambungku.

''Weeh, yang bener?"
  
 "Kenapa kalo ngomong kok seperti orang nglindur, nggak niat gitu sih?"'

"He he aku dah keluar dari pondok. karena sesuatu deh, sedikit problem dari diri sendiri.''

''Oohh,,memang apa problemnya?" tanyanya.

''Keepoo,deh ha ha'' tawaku membludak, yah namanya juga anak jayuss.

''Hmm. . ." belum selesai temanku bicara, tiba tiba            

"Ini malah pada ngrumpi, itu soal di tangan sudah selesai apa?" tanya miss Ari dengan senyum yang lebar dan sedikit keluar gigi (nyengirr).

''Hehe, Miss dikit lagi," terpaksa bohong, kalo nggak yaa, biasa one hundred/seribu rupiah. Di kelas kami memang dibiasakan hukuman, supaya kita tidak seenaknya, nggak ngerjain pe-er, yang ribut, berangkat pake sendal daannn,,,,lain sebagai nya.

"Ayo,sudah selesai belum tugasnya, dari tadi ngrumpi sih," sindir miss. Baru saja miss Ari selesai ngomong secara bersamaan anak laki-laki melhat ke arah anak-anak perempuan.

"Huu. . . ibu-ibu ngrumpi!" kata mereka serempak.

"Kenapa Masbulloh haha,'' bersamaan kami jawab, tak kalah kompak.

"Sudah-sudah, kumpul tugasnya sekarang, kemudian berpasang-pasangan maju, baca yang ditulis tadi."

Hingar-bingar, semua menyebutkan nama pasanganny masing, dan sementara yang tersisa hanyalah satu siswi yaitu aku sendiri dan satu siswa, yaitu si Tor-tor, alias Thoriq.

"Ayo, tinggal kalian berdua yang belum, Thoriq!" panggil miss Ari.

"Eeh iya, Miss," jawabnya tergagap. Kami maju.

"Siapa yang salam?" tanyaku. Hmm,belum sempat dia jawab.

"Cup, kamu!"

"Hah! Aku?" jawabnya, kaget.

"Iyalah, ha ha."

 "Good after noon friends,'' ucap Thoriq.

''Good after noon.'' bales teman-teman. "Bla-bla dan bla ha ha,"tugas itu  selesai kami  baca. Nah, untuk salam penutup, tugasku. Berhubung grogi, yang terucap malah," Good morning friends!" berhubung waktu itu sore, jadilah suasana kelas heboh.

''Wha ha ha ha," tawa mereka meledak. Aduuuh, malu nian muka ini, di depan pula,  huwaa!

Karena di kelas itu yang pake jilbab cuma berdua, aku dan seorang teman, tapi dia masih pake celana panjang, jadi aku dipanggil Umi.

"Aduuh, Umi lagi mikirin Abi plus grogi  ya, diingatnya pagi ha ha" kata miss Ari

 "Aduh, apes lah sudah, untung tawa cepat reda, kalo nggak, fyuuuh!'' batinku.

"Sudah sekarang kerjakan halaman selanjutnya!"

Tertulis di buku PICNIC, ''Seperti tadi, aduh aduh," gumamku.

"Memang kenapa?" tanya Thoriq.

 "Nggak pa pa." salah satu yang harus kuisi adalah, barang apa yang perlu dibawa saat piknik, aku jawab saja, senter. Aku baru hari ini masuk kelas, belum begitu banyak kosa kata yang kufahami, memang aku terlambat mendaftar.

"Thoriq, kamu mau ngapain picnic bawa senter?" tanya miss Ari sambil tertawa, saat memeriksa pekerjaan Thoriq. Lho? jawabanku juga senter, waduhh, bakalan diketawain lagi nih.

 "He he,nggak tau,Miss'' katanya.

"Ini picnic Thoriq bukannya kemah."

"Aduh, salah lagi!" batinku. Tak terasa sudah akan pulang.

"Dani, close to white board,'' kata miss Ari.

 "Oh ya Miss patiin lampunya ya?" kata Dani, karena dia tidak tahu artinya, asal saja dia ngomong.

"Aduuh Dani, kalo dipatiin lampunya gelap dong.'' kembali gelak tawa membahan, mengakhiri kelas sore itu.

 the END  (ceeryuuss-crita jayuss)

#Ck ck ck ternyata nggak gampang jadi editor.

Sunday, March 9, 2014

ADIL

"Umi, yang adil dong!"

Ups! Kaget juga dengar Husna ngomong seperti itu. Ini permintaan apa nuduh ya?

"Umi nggak adil ya?" tanyaku, sambil menahan hati. Jujur, aku gampang tersinggung kalau urusan yang seperti ini, bukan apa-apa, untuk semua urusan dengan anak aku berusaha seadil-adilnya.

"Masa Na cuma di jatah dua ribu sehari, sedang Mbak Hany seratus lima puluh ribu sebulan."

"Husna kelas berapa?"

"Lima SD."

"Mba Hany?"

"Dua SMP."

"Husna sekolah naik apa?"

"Dianter juga dijemput Abi."

"Mba Hany sekolah naik apa?"

"Kadang dianter, kadang ngojek, kadang ngangkot."

"Kalau ngojek apa ngangkot, bayar nggak?"

"Bayar."

"Itu salah satu contoh kalau kebutuhan Mba Hany beda dengan Husna, wajar kalau Umi kasih uangnya juga beda. Adilnya bukan seberapa banyak Umi kasih uang, tapi bagaimana kebutuhan dicukupi. Husna ke sekolah untuk belajar, Mbak Hany juga, adilkan? Husna dan Mba Hany sama-sama sekolah untuk belajar."

"Trus, kalau Umi pergi, kok yang diajak Harish terus?"

"Memang Husna mau ikut ke manapun Umi pergi, seperti Harish?"

"He he, kadang-kadang pengen juga sih."

"Dulu, waktu Husna seumuran Harish, Umi ajak juga kok, semua juga seperti itu. Semua ada masanya."

"Jadi adil nggak harus sama ya, Mi?"

"Adil itu maksudnya menempatkan sesuatu pada tempatnya, jadi nggak selamanya jumlahnya sama."

"Mi, adil itu sama semua orang ya?"

"Husna senang nggak kalau diperlakukan nggak adil sama orang lain?"

"Ya nggaklah, Mi."

"Begitupun orang lain, nggak suka kalau kita tidak adil padanya."

"Walaupun dengan orang yang kita nggak suka?"

"Ya, walaupun dengan orang-orang yang kita benci, harus berlaku adil. Allah itu Maha Adil dan senang dengan orang-orang yang berbuat adil."

"Tapikan suka kesel dengan orang-orang yang suka nggak baik sama kita."

"Boleh membalas, tapi secukupnya, tidak boleh melebihi apa yang dilakukannya kepada kita."

"Iiih, Umi. Kalau membalas tuh pengennya yang lebih sakitlah, biar puas!"

"Lha, mau puas di hati tapi nggak ada untungnya, malah membuat orang lain dendam ke kita, atau bersabar dan berlaku adil agar Allah sayang kepada kita?"

"Pengennya puas, tapi disayang Allah?"

"Ha ha ha, bisa aja. Tapi orang yang taqwa, yang taat sama Allah itu akan mengikuti apa perintah Allah, bukan cari puasnya sendiri."

"He he he."

***

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah penegak keadilan karena Allah, (ketika ) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan." terjemah Al Quran surat Al Maidah ayat 8.


Wednesday, February 26, 2014

CARA MAKAN

"Ini makanan siapa, Mba?" tanya Nur, sambil menunjuk makanan yang belum selesai kusantap.

"Owh, makanan Mba, belum selesai tadi." jawabku ringan.

"Apa masih enak, sudah ditinggal ke mana-mana?"

"Masihlah, kan sayurnya terpisah."

Memang aku makan dengan wadah yang biasa untuk bekal anak-anak sekolah, tempat nasi dan sayur terpisah.

Nur diam, seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Mikir apa Nur?"

"Mba kan sudah tahu bagaimanaa cara makan sesuai sunnah Rasul?"

"Tahu Nur, dan Mba ingin sekali melaksanakannya dengan sempurna. Makan dengan cara duduk Rasulullah ketika makan, menggunakan tiga jari, mengambil makanan yang terdekat, tapi belum bisa sempurna untuk setiap kali makan, kadang-kadang saja kalau kondisi sedang memungkinkan. Mungkin ini alasan, tapi pada kenyataannya, untuk duduk lima belas menit saja menikmati makan dengan sempurna, sulit banget. Baru dua suap, sebentar anak memanggil, minta inilah, itulah yang tidak bisa ditunda atau digantikan orang lain. Nah, sekarang tambah-tambah, sedang makan, muncul ide yang segera harus dituliskan, kalau nunggu selesai makan, cuci tangan, ha ha, bisa kabur idenya."

"Itu bukan alasan yang dicari-carikan Mba?"

"Entahlah Nur, semoga ini bukan sebuah dosa, walaupun tidak mendapat keutamaan mengikuti Rasul dari hal ini. Tapi Mba berusaha mengikuti Rasul dari sisi lainnya, yaitu makan makanan yang halal dan thoyyib, baik zatnya maupun dari cara mendapatkannya. Mba sering lalai untuk makan kalau tidak dengan cara seperti ini, mungkin karena begitu banyaknya urusan ya?"

"Apa mungkin orang-orang lain yang nggak nyunnah itu seperti Mba ya alasannya?"

"Wah, terlalu jauh untuk mengetahui kondisi masing-masing orang. Setiap orang punya sebab yang berbeda, ada yang tidak tahu, ada yang tahu tapi belum melaksanakan walaupun tidak menolak dengan berbagai pertimbangan, ada yang menolak karena kesombongan atau tidak mau tahu keutamaan dari sunnah Rasul."

"Bukankah kita harus mengikut cara hidup Rasulullah?"

"Benar! Dan itu bisa kita lakukan dengan cara bertahap. Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk hidup nyunnah seperti kita, atau memandang sinis kepada saudara kita yang belum bisa secara sempurna melaksanakan seluruhnya. Sunnah Rasul itu banyak ragamnya, dari sisi aqidah, syari'ah dan muamalah. Kesempatan belajar kita juga berbeda-beda, sehingga pengetahuan tentang kehidupan Rasul juga tidak sama banyaknya. Mungkin kita merasa sudah nyunnah dalam hal tertentu dan menilai orang lain tidak nyunnah, padahal bisa jadi orang tersebut lebih nyunnah dari pada kita untuk urusan lain yang lebih penting, misalnya urusan aqidahnya. Jujur, Mba sedih banget kalau ada yang bilang Mba nggak nyunnah, padahal hanya untuk satu dua hal, tapi tuduhannya itu mengeneralisir seolah-olah kehidupan Mba jauh dari keberkahan karena tidak mau nyunnah."

"Maafkan Nur ya Mba, kalau sudah buat sedih."

"Nggak apa-apa Nur, kita sahabat, saling terbuka, saling mengingatkan, setidaknya apa yang Mba rasakan bisa jadi masukan untuk Nur ketika mengingatkan masalah nyunnah kepada orang lain."

"Iya, Mba, terima kasih."

Tuesday, February 25, 2014

DEBAT DENGAN CARA YANG BAIK

Fenomena dunia maya memang luar biasa, segala hal yang di dunia nyata sangat sulit terjadi pada diri seseorang, di dunia maya dapat dilakukan sebebas-bebasnya.

Seseorang yang selama ini gemetaran bila bicara di depan umum, ketika di dunia maya bisa bebas bicara apa saja, dengan siapa saja, dengan gaya apa saja, ramah, marah, nyindir, nyentil, melecehkan,dll.

Apalagi di akun kita bisa bebas membuat identitas palsu, pp sesukanya, dan juga bisa mempunyai beberapa akun sekaligus, tentunya dengan identitas yang berbeda.

Satu pertanyaan, apakah yang kita lakukan di dunia maya juga termasuk yang diamati dan dicatat oleh malaikat Roqib dan Atid yang selalu menyertai kita?

Kalau ya! Wow! siapkah kita melihat catatan itu?

Anggap saja begitu, karena , "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggung jawaban." (terjemah Al Quran surat Al Isro' ayat 36 ).

Bukankah ketika berinteraksi di dunia maya kita menggunakan fikiran, perasaan, penglihatan dan kadang-kadang pendengaran?

Artinya tetap saja apa yang kita lakukan di dunia maya bukan suatu hal yang tanpa nilai, dia bagian dari kehidupan di dunia nyata, terbukti kita menggunakan fisik yang sama, waktu yang sama, dll.

Berarti juga, pergaulan di dunia maya harusnya juga menggunakan tuntunan yang kita pakai di dunia nyata.

"Hai orang-orang yang beriman! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." Terjemah Al Quran surat Al Hujurat ayat 13.

Di dunia maya, sebagaimana di dunia nyata, ketika kita berinteraksi sering terjadi suatu kondisi di mana kita saling beda pendapat ketika sedang membahas suatu tema pembicaraan. Perbedaan itu biasanya disebabkan oleh perbedaan paradigma berfikir atau perbedaan sudut pandang dalam mengapresiasi tema tersebut. Itu semua tidak terlepas dari kedewasaan berfikir, wawasan yang dimiliki, kondisi emosi saat itu dan tujuan dalam pembahasan.

Diskusi atau debat di dunia maya sangat mengasyikkan. Kita bisa memilih peran sesuai yang kita inginkan, mau jadi yang pro, kontra atau sekedar menyimak untuk mendapatkan tambahan wawasan dari diskusi tersebut.

Hal lain yang menguntungkan, kita bisa mengatur emosi, bisa berhenti kapan kita inginkan.

Sebagaimana sarana lain, internet juga berfungsi sebagaimana senjata lainnya, manfaat atau mudharatnya tergantung pada siapa yang menggunakannya, tingkat keahlian dalam teknologinya dan niat dan tujuannya.

Dalam diskusi dan debat di dunia mayapun, kalau kita menginginkan kebaikan tentunya harus menggunakan cara yang sudah dituntunkan.

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." Terjemah Al Quran surat An Nahl ayat 125.

Dalam dunia nyata maupun maya, kita akan mendapat kebaikan ketika kita berjalan dan bertindak sesuai dengan tuntunan yang diberikan oleh yang menciptakan dan menghidupkan kita.  

Thursday, February 20, 2014

TIPS MERAWAT ORANG TUA

Merawat orang tua berarti kesempatan anak untuk berbuat baik kepada orang tua, baik sebagai upaya untuk membalas kebaikan mereka walaupun tidak akan pernah lunas terbayar, maupun sebagai peluang untuk meningkatkan derajat di hadapan Allah dan mendapat pahala dan balasan kebaikan yang banyak, dengan melaksanakan perintahNya, birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua).

Tidak semua kita mendapat kesempatan merawat orang tua di masa udzurnya.

Banyak hal yang menyebabkan kehilangan kesempatan itu, misalnya orang tua sudah meninggal, jarak tempat tinggal yang berjauhan, orang tua lebih memilih dirawat atau ikut tinggal dengan kakak atau adik kita.

Bersyukurlah ketika mendapat kesempatan untuk merawat mereka, baik sebentar dan sekali-kali ataupun lama karena mereka memilih kita untuk menemaninya di hari tua.

Banyak hal-hal yang membuat ketidaknyamanan ketika merawat orang tua yang sudah udzur, antara lain:

* orang tua sakit dan tergantung pada pihak lain, misalnya pasca stroke yang biasanya lumpuh sebelah atau seluruhnya, keropos tulang, rematik, dan lain-lain.

* orang tua yang pikun, kadang pergi dan tak tahu jalan pulang, sudah makan bilangnya belum, dan lain-lain.

* orang tua dengan karakter tertentu, seperti pengeluh, sulit berterima kasih, ikut campur rumah tangga anak,
mudah tersinggung, terlalu pendiam, dan lain-lain.

* anak dan menantu bekerja di luar rumah, masih memiliki bayi atau balita.

* ekonomi sulit.

Beberapa contoh di atas sering menimbulkan ketidaknyamanan, seperti:

> orang tua merasa kurang diperhatikan anaknya, padahal anak merasa sudah cukup memberikan perhatian di sela-sela kesibukannya mengurus keluarga dan karirnya.

> orang tua merasa membebani, padahal anak sama sekali tidak merasa terbebani.

> sering terjadi kesalah fahaman, karena komunikasi yang terkendala kurangnya pendengaran orang tua, membuat anak malas berkomunikasi, sekedar mengangguk atau menggeleng, sedang orang tua merasa diabaikan dan merasa diri tak berguna dengan sikap seperti itu, jadi kesepian.

> dan lain-lain.

Ketika kita tidak mampu mensiasati berbagai kendala itu, bisa jadi kesempatan kita untuk beramal sholeh justru menjadi amal salah, bukan pahala dan keberkahan yang kita dapat, justru memperberat timbangan dosa.

Beberapa tips sederhana berikut, semoga bisa membantu:

1. Posisikan diri kita sebagai orang tua, apa yang kita inginkan anak-anak melakukan untuk kita, maka perlakukan mereka seperti itu. contoh:
- kita senang jika anak-anak menyapa kita setiap hari.
- kita senang jika anak-anak berwajah manis ketika berkomunikasi.
- kita senang jika anak-anak memperhatikan makanan kita seperti dulu kita mengkhususkan makanan mereka saat bayi.
- kita senang jika mereka menyentuh kita, apakah itu sekedar memegang atau memijit sayang.

2. Ketika menghadapi orang tua yang agak rewel, ingatlah, betapa rewelnya kita dulu saat dalam perawatan dan sangat tergantung pada mereka.

3, Ketika kita merasa lelah, ingatlah, mereka lelah mengurus kita sepanjang usia kita, sedang sebaliknya?

4.Ingatlah, ini kesempatan langka! Tidak semua anak mendapat kesempatan beribadah dengan merawat orang tua.

***

@ " Dan sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua . . ." Terjemah Quran surat An Nisa ayat 36

@" . . . dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam perawatanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." Terjemah Quran surat Al Isra ayat 32.

@" Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orag tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." Terjemah Quran surat Luqman ayat 14.

@ " Keridhoan Allah ada pada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua." HR Tirmidzi.

Wednesday, February 19, 2014

MENJADI PENGEMIS UNTUK JADI RELAWAN

Seorang sahabat mengusikku dengan komentarnya tentang relawan. Jujur, setelah membaca komentarnya aku berkaca diri, apakah aku termasuk di dalamnya?

Menurut beliau, kalau kita ingin menjadi relawan, sebaiknya mencoba menciptakan bidang usaha tertentu, sehingga tidak perlu meminta sumbangan dari pihak manapun, semua sumber dana dari hasil usaha sendiri, karena menurut beliau, meminta identik dengan mengemis terhadap sesama manusia.

Setiap kita bisa berpendapat tentang sesuatu, dan pendapat itu menggambarkan pemahaman tentang sesuatu itu.
Ini yang mengusikku, masalah pemahaman.

Mengapa aku terusik?

Karena menyangkut keimanan, dan aku tak ingin ada kecacatan dalam imanku, karena akan membahayakan keselamatan kehidupanku, dunia dan akherat.

***

"Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan." terjemah Surat Al Fatihah ayt 5.

Dalam tafsirnya, Fi-hilalil Qur'an, Sayyid Quthb mengatakan bahwa ayat ini merupakan prinsip yang memplokamirkan lahirnya kemerdekaan umat manusia yang sempurna dan menyeluruh. Jika hanya Allah semata yang diibadahi, dan hanya Allah semata yang dimintai pertolongan, maka hati nurani manusia telah terbebas dari pelecehan berbagai sistem, kondisi dan individu, sebagaimana terbebas pula dari pelecehan berbagai dongeng, khayal dan khurafat.(Tafsir Fi-Zhilalil Qur'an jilid 1 hal.31-32)

***

". . .Bertaqwalah kepada Allah yang dengan namaNya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." Terjemah Quran surat An Nisa ayat 1.

***

". . .Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaNya." Terjemah QS Al Maidah ayat 2.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, ayat ini mencakup semua jenis bagi kemaslahatan para hamba, di dunia maupun akherat, baik antara sesama ataupun dengan Rabbnya. Sebab seseorang tak luput dari dua kewajiban, yaitu kewajiban individualnya terhada[p Allah dan kewajiban sosialnya terhadap sesama.
Selanjutnya beliau memaparkan bahwa hubungan seseorang dengan sesama dapat terlukis pada jalinan pergaulan, saling menolong dan persahabatan. Hubungan itu wajib terjalin dalam rangka mengharap ridha Allah dan menjalankan ketaatan kepadaNya. Itulah puncak kebahagiaan seorang hamba. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan mewujudkannya, dan itulah kebaikan serta ketakwaan yang merupakan inti dari agama ini. ( AR-Risalah at-Tabukiyyah hal. 30 )

***

Akhirnya akupun mantap dengan pendapatku, bahwa meminta kepada sesama manusia tidak membuat cacat keimananku kepada Allah, selama harapan itu hanya kepadaNya. Minta tolong kepada manusia sebatas ikhtiar mencari jalan keluar dan bukti bahwa kita sungguh-sungguh berdoa dan berharap hanya kepada Allah.

Kalau meminta kepada manusia dikatakan pengemis, tak ada salahnya, karena mengemisnya bukan untuk merendahkan diri, tapi justru mengangkat diri ke derajat yang lebih tinggi dihadapan Allah, karena melaksanakan perintah saling menolong dalam kebajikan.

Dan lagi, tidak semua orang yang mampu secara finansial punya kesempatan seperti relawan, jadi apa salahnya disinergikan untuk membantu sesama yang membutuhkan uluran tangan kita sebagai perpanjangan tangan pertolongan Allah untuk mereka?

Tak ada pemisahan antara keimanan kepada Allah dengan hubungan sesama manusia, karena hubungan sesama manusia yang didasari tuntunan Allah adalah manifestasi dari iman kepada Allah.






Tuesday, February 18, 2014

MALU

"Stres saya jadi guru SMA sekarang, Mi."

"Kenapa Bu Nina, apa karena program sekarang lebih rumit?"

"Kalau itu sih, nggak terlalu masalah. Apalagi yang sudah sertifikasi."

"Jadi masalah apa yang bikin stres? Gaji sudah memadai, bahkan guru sekarang seperti dimanjakan dengan adanya tunjangan untuk yang sudah sertifikasi."

"Kalau dibandingkan dengan guru sebelum tahun dua ribuan, guru sekarang memang kehidupan ekonominya jauh lebih baik, tapi masalah yang dihadapi jauh berbeda, terutama masalah moral anak-anak sekarang."

"Di mana bedanya?"

"Seingat saya, saat masih sekolah menengah, kami tak ada yang berani melawan guru, begitu menghormati dan segan dengan sosok guru. Juga masalah pergaulan, tak sebebas sekarang, mungkin karena kemajuan teknologi yang sudah merambah ke mana-mana ya, jadi pengaruh negatif itu mudah sekali menular."

"Masalah apa yang paling bikin stres Bu Nina?"

"Masalah pergaulan antar lawan jenis, lebih tepatnya masalah pacaran, bahkan ada beberapa siswa yang belum lulus SMA, tapi sudah mendapat gelar MBA."

"Hah! MBA apa maksudnya?"

"Ah Umi, masa nggak tau? MBA, married by accident, menikah karena kecelakaan, hamil duluan."

"Oo, Umi kira ada program baru, SMA sambil kuliah, kan enak, bisa hemat waktu he he he."

"Ah, Umi ada-ada aja."

"Memang beda banget anak sekarang. Jaman Umi dulu, kalau SMP ketauan pacaran, waaaah, bakalan malu pake bangets, lah anak sekarang, SMP belum punya pacar justru sangat malu, seolah diri merasa nggak laku, kok seperti jualan ya?"

"Itu dia Umi, sepertinya pangkal masalah ada di situ, ketiadaan rasa malu. Karena rasa malu yang bisa mencegah seseorang melakukan sesuatu."

"Sepertinya ukuran rasa malu semakin bergeser. Dulu, jika seorang cewek ketahuan naksir cowok, rasanya malu, seperti nggak punya harga diri, sekarang cewek nembak duluanpun sepertinya nggak masalah."

"Dulu, jika seorang wanita hamil di luar nikah, maka keluarga akan mengungsikannya, karena itu aib luar biasa. Sekarang, anak hamil  segera dinikahkan bahkan dengan pesta besar-besaran."

"Dulu, pacaran sebatas surat-suratan, trus apel ke rumah cewek, ngobrol di rumah di temani orang tua."

"Sekarang, Mi, hhhhh bikin gerah! Saya yang jadi guru malu luar biasa, bagaimana nggak? Di kelas, di angkot, di jalan, tingkah anak-anak ABG itu sangat meresahkan, berani sekali mereka berpegangan, bahkan berciuman tanpa malu di lihat orang lain. Bagaimana lagi kalau hanya berduaan?"

"Apa mereka tidak tahu bahwa itu dosa?"

"Menurut saya, bukan nggak tau, Mi. Tapi nggak mau tau!" bu Nina tampak geram.

"Belum tentu lho, Bu Nina. Bisa jadi mereka memang belum ada yang memberi tau, mereka hanya mencari tau sendiri dari sarana informasi yang tersedia."

"Saya sebagai guru, sudah sering memberi tahu, bahkan mendiskusikan dengan mereka, tapi tetap saja mereka melakukannya."

"Bu Nina sudah memberi tau, tapi guru lain? Apakah juga orang tuanya juga sudah membimbing mereka? Karena pada kenyataannya, tidak semua orang tua memahami masalah hukum dan bahayanya pacaran bagi anak-anak mereka, karena bisa jadi mereka dulu juga pacaran."

"Sebenarnya, tanggung jawab siapa semua ini?"

"Tidak bisa hanya diserahkan pada salah satu pihak. Semua punya tanggung jawab. Orang tua, sebagai pendidik pertama dan utama seharusnya sudah menanamkan keimananan dan pendidikan syariat kepada anak-anaknya sebelum mereka baligh, sehingga pada saatnya, mereka sudah tahu hukum halal, haram dan dengan keimanan yang memadai mereka bisa menjaga diri.
Guru,sebagai orang tua di sekolah, mendidik dan mengawasi mereka ketika di sekolah, pemerintah yang berwenang membuat peraturan dan masyarakat yang juga berkewajiban mengawasi dan membimbing mereka dengan berbagai sarana yang ada."

"Idealnya begitu ya, Mi?"

"Tapi pada kenyataannyakan nggak seideal itu, ya sudahlah, apa yang bisa kita jangkau, kita lakukan, terutama kita sebagai orang tua dan guru. Ketika kita berusaha sungguh-sungguh, insayaallah akan dimudahkan olehNya, seandainyapun hasilnya tak sesuai harapan karena begitu banyaknya tantangan dari luar, setidaknya kita sudah lepas kewajiban sambil terus evaluasi atas upaya yang sudah kita lakukan selama ini."

"Segala daya upaya harus kita lakukan untuk menggalang kerjasama dengan segenap unsur bangsa, karena kita tidak sedang membicarakan anakku atau anakmu, tapi anak kita, penerus generasi bangsa."

***

@ "Dan janganlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk." terjemah Al Quran surat Al Isra ayat 32.

@"Dan janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya." HR Ahmad dan Tirmidzi

@ "Tidaklah jadi berzina seorang pezina ketika ingin berzina, sementara dia masih beriman. Dan tidaklah jadi minum khamer seorang peminum khamer ketika akan meminumnya sementara dia masih beriman. Dan tidaklah jadi mencuri seorang pencuri ketika akan mencuri, sementara dia masih beriman." HR Bukhari

@ "Di antara perkataan para nabi terdahulu yang masih diketahui banyak orang pada saat ini adalah jika engkau tidak lagi memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesuka hatimu." HR Bukhari

@ "Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan." HR Bukhari & Muslim

@ Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata,"Rasulullah SAW lewat di hadapan seorang Anshor yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu, maka Rasulullah SAW berkata,'Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman." HR Bukhari.

Wednesday, February 12, 2014

SETORAN

"Umi, siapa yang berangkat sekolah subuh-subuh?" tanya salah satu tetangga ketika belanja sayur di pagi hari.

"Husna. Bukan sekolah, tapi setoran, memang jadwalnya ba'da subuh."

"Setoran apa, Mi?"

"Setor hafalan Al Quran, di Rumah Tahfidz."

"Di mana Mi, Rumah Tahfidznya?"

"Di Blok I, tempat ustadz Kholdun."

"Anak Umi mau jadi Hafidz Quran semua?"

"Insyaallah, doakan ya?"

"Kok Husna nggak ke pondok, seperti kakak kakaknya?"

"Husna lebih nyaman menghafal di rumah, ya biarlah, setiap anak beda-beda gaya belajarnya, sebagai orang tua kita berusaha memotivasi, dan memfasilitasi."

"Bisa ya Mi jadi Hafidz, tapi nggak mondok?"

"Insyaallah bisa, asal sungguh-sungguh dan tekun."

"Umi nggak khawatir tentang masa depan anak-anak?"

"Maksudnya?"

"Apa mereka nggak tertinggal pelajaran umum kalau waktunya banyak untuk menghafal?"

"Nggak, menurut penelitian dan terbukti anak-anak Umi yang sudah hafidz, kekhawatiran itu tidak terjadi, bahkan mereka bisa menyusul pelajaran yang tertinggal dengan baik."

"Bagaimana dengan masa depan dan karir mereka nantinya?"

"Allah akan memuliakan mereka, tak ada sedikitpun keraguan tentang itu."

***

@ "Sebenarnya , (Al Quran) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang dzalim yang mengingkari ayat-ayat kami." Terjemah Al Quran surat Al Ankabut ayat 49.

@ "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Kitab Allah (Al Quran) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan pahalaNya kepada mereka dan menambah karuniaNya. Sungguh Allah Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri." Terjemah Al Quran surat Fathir ayat 29-30

@ "Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya." (HR Bukhari)

@ "Orang-orang yang tidak mempunya hafalan Al Quran sedikitpun, bagaikan rumah kumuh yang akan runtuh." (HR Tirmidzi)

@ "Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya, pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tak pernah didapatkan di dunia. Keduanya berkata,'Mengapa kami dipakaikan jubah ini?' dijawab,'Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran.'" (HR AlHakim)


Tuesday, February 11, 2014

RIYA

"Mi, saya nggak usah ngisi amalan yaumian ya?"

"Kenapa?"

"Ehmm, saya takut riya, Mi, amal ibadah ditunjukkan ke orang lain."

"Kalau yang lain gimana? Keberatan nggak kalau pengajian kita memberlakukan lembar amalan yaumian?"

"Kalau saya malah seneng Mi, termotivasi amalan teman-teman yang lebih baik."

"Saya oke aja Mi, walaupun sering malu he he, karena belum bisa sebaik teman-teman yang lain."

"Ehmm, maaaf Mi, apakah hal seperti ini dicontohkan Rasulullah?"

"Program ini diadakan untuk memotivasi kita semua agar bersemangat meningkatkan ibadah, fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Dengan mengisi lembaran yang sudah disediakan setiap pekan, kita akan melihat perkembangan ibadah kita, bertambah baik, stagnan atau malah bertambah buruk."

"Apa nggak membuat kita riya, Mi?"

"Sekalian kita melatih hati kita, agar terbiasa beramal dengan ikhlas, diketahui orang lain ataupun tidak."

"Ini nyunnah nggak Mi?"

"Di jaman Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, ya nggak pakai lembaran kertas seperti sekarang, tapi secara substansi, diceritakan bagaimana sahabat Umar bin Khattab berusaha mendahului sahabat Abu Bakar Ashshiddiq dalam kebaikan, tapi tidak pernah berhasil."

"Sepakat Mi, kita laksanakan program amalan yaumian ini untuk menambah semangat."

***
# amalan yaumian = amal harian, biasanya berisi poin-poin : berapa kali dalam sepekan tilawah Al Quran, sholat Dhuha, sholat Lail, puasa sunnah, dzikir pagi dan sore, silaturahim dll

@   Al Bazzar meriwayatkan dari Abdur Rahman bin Abu Bakar: Rasulullah melaksanakan sholat subuh, kemudian menghadapkan wajahnya kepada para sahabat.

Rasulullah saw : "Siapa diantara kalian yang puasa hari ini?"

Umar bin Khattab :"Wahai Rasulullah, saya tidak berniat puasa semalam, maka saya berbuka hari ini."

Abu Bakar :"Alhamdulillah saya semalam berniat puasa dan saya kini sedang berpuasa."

Rasulullah Saw:"Lalu adakah diantara kalian yang mengunjungi orang sakit hari ini?"

Umar :"Kita belum memasuki siang, lalu bagaimana kita bisa mengunjungi orang yang sakit?"

Abu Bakar:"Saya mendengar saudara saya Abdur Rahman bin Auf sakit, maka sembari berangkat saya melewati rumahnya untuk melihat bagaimana kondisinya di pagi ini."

Rasulullah Saw:"Lalu siapakah di antara kalian yang memberi makan orang  miskin di pagi ini?"

Umar  :"Kami shalat ya Rasulullah, dan matahari belum juga terbit."

Abu Bakar :"Saat memasuki masjid saya dapati seseorang meminta-minta. Saya dapatkan sepotong roti dari Abdur Rahman, saya ambil roti itu dan saya berikan kepada orang itu."

Rasulullah Saw :"Kabar gembira bagimu dengan surga."

Kemudian Rasulullah Saw mengatakan sesuatu yang membuat Umar ridha. Dan Umar mengatakan bahwa setiap kali dia menginginkan sebuah kebaikan, dia selalu terkalahkan oleh Abu Bakar.

(Sumber: Terjemah Tarikh Khulafa, Imam As-suyuthi hal 59-60)

Thursday, February 6, 2014

RIDHO

"Rodhiitubillahirobba, wabilislaamidiina wabiimuhammadinnabiyya warosuula!"

Suara lantang bersemangat dari murid-murid TK Islam dan Taman Pendidikan Al Quran sering kita dengar melantunkan doa itu sebelum mereka belajar. Terlepas dari adab berdoa yang kadang sambil berteriak, maklumlah anak-anak kalau sudah bertemu komunitasnya ya begitu, tapi tetap saja lantunan doa itu mempengaruhi jiwa yang mendengarnya.

Aku sering berandai-andai, jika saja para orang tua dan guru mampu menanamkan doa itu ke jiwa anak sejak diri, bukan sekedar hafal di mulut, tentu bisa dibayangkan, seperti apa kualitas mereka di masa depan.

Tapi harapan itu menipis, ketika menyadari, tentu bukan hal yang mudah menanamkan itu pada jiwa anak, sebab pada kenyataannya para orang tua dan guru sendiri masih belum banyak yang bisa mengaplikasikan isi doa itu dalam kehidupannya, misalnyapun ada, tentu jarang yang bisa mendekati level sempurna.

Secara umum dan sederhana, ridho maksudnya adalah merasa puas dan tidak mencari yang lain.

Sebagian ulama menambahkan, ridho berarti cinta dan tidak ada kebencian sedikitpun terhadap yang diridhoi, mentaati semua kebijakan dan senantiasa membela serta rela bersusah payah untuk yang diridhoi.

Ketika mentadabaruri masalah ini, rasa malu menyergap tak ampun lagi. Ke mana diri inikan sembunyi?

Apalagi kalau kita mau sedikit lebih detil mentadaburinya, semakin merasa diri ini jauh dari yang seharusnya.

Bisakah dikatakan ridho dengan Allah sebagai Tuhan, sedang mengenalNyapun ala kadarnya? Seberapa banyak jenak waktu kita sediakan untuk menelusuri sifat-sifatNya dari ayat-ayat yang diturunkan sebagai pedoman hidup kita.

Sudahkah kita persembahkan semua apa yang kita lakukan untuk Dia yang kita ridhoi sebagai Tuhan?

Sudahkah kita menyenangkanNya dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan yang dilarang?

Sudahkah kita ridho dengan apapun takdir dan ketentuanNya untuk diri kita?

Benarkah kita ridho Islam sebagai agama, sedang aturan-aturannya masih saja kita perdebatkan? Bisakah dikatakan ridho jika untuk menerima satu konsepnya saja, misalnya poligami, ogah mati-matian, apalagi melakoninya?

Bisakah dikatakan ridho, ketika kita dengan mantapnya mengatakan,"Jangan bawa-bawa agama ke ranah politik!"

Bisakah dikatakan ridho jika masih banyak "tapi" untuk menerapkannya?

Nah, bagaimana pula ridho dengan Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam sebagai nabi dan utusanNya?

Sudah berapa buku shiroh/ riwayat hidupnya yang kita baca? Sudah seberapa banyak sunnah-sunnahnya yang kita laksanakan sebagai bentuk cinta dan ridho kita kepadanya? Apakah kita termasuk orang yang selalu mencela prilaku orang lain dengan tuduhan tidak nyunnah dengan cara yang justru tidak nyunnah?

Hmm semakin dalam memikirkannya, mentadaburinya, semakin merasa diri ini terhempas pada kenyataan bahwa ternyata masih jauh dari yang seharusnya. Sebuah kesadaran yang membangkitkan energi untuk memperbaiki diri selagi masih ada kesempatan.

***

@ "Telah merasakan lezatnya iman orang yang ridho bahwa Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul." HR Muslim

@ "Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." HR. Thabrani

@ "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata,'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim.'" QS Fushilat  ayat 33.

@"Orang yang paling bahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan tulus dari lunuk hatinya." HR Bukhari.

Tuesday, February 4, 2014

YANG TERLUPAKAN

"Masuk Rin!"

Rina menghempaskan bokongnya ke sofa dengan wajah kesal.

"Kucel amat wajah, belum mandi?"

"Sudah," jawabnya lirih.

"Belum sarapan?"

"Sudah, tadi sambil nyuapin Rara."

"Ada apa, Umi perhatikan seperti ada yang beraaaat banget?"

Rina menghela nafas berat, berusaha menghilangkan sesak dadanya.

"Mi, kenapa hidup Rina seperti ini, seakan nggak pernah lepas dari kesulitan hidup. Kapan Rina bisa merasakan lega, bebas dari himpitan dan bisa hidup senang dan bahagia?"

"Ada masalah apa tho?"

"Banyak Mi, . . rizki yang seret, suami yang gampang putus asa dalam berusaha, anak-anak yang kurang pengertian dan sulit diatur, semua bikin Rina suntuk dan stres!"  

"Hmm, mana dulu yang mau diselesaikan?"

"Kalau bisa semua Mi, sekalian." 

"Ibarat benang kusut, untuk mengurai dan meluruskannya kita perlu cari ujungnya."

"Kalau masalah Rina ini, mana ujungnya?"

"Kalau menurut Rina, yang mana?"

"Nggak tau Mi, pusing."

"Sebenarnya kita bisa mengambil yang mana saja dari setiap masalah itu sebagai ujung, tapi kalau Umi senang mengambil yang ada dalam diri. Karena apa yang ada dalam diri kita lebih mudah kita kendalikan."

"Maksud Umi?"

"Coba inventarisir masalah yang sedang Rina hadapi; rizki seret, suami yang mudah putus asa, anak yang sulit diatur, Rina suntuk dan stres. Mana yang ada dalam diri Rina?"

"Suntuk dan stres. Tapi, bukankah justru suntuk dan stres Rina akibat dari tiga masalah itu?"

"Sepintas terlihat seperti itu, tapi apakah harus seperti itu?"

"Maaf Mi, Rina belum ngerti." 

"Apakah setiap orang yang rizkinya seret terlihat suntuk dan stres?"

"Hmm, nggak tau juga sih Mi, belum pernah tanya-tanya ke orang lain."

"Anak Umi enam orang, mungkin nggak kalau semua selalu manis dan gampang di atur?"

"Sepertinya nggak mungkin deh! Rina aja yang hanya punya dua banyak sekali kemauannya."

"Logikanyakan Umi tiga kali lebih suntuk dari Rina?"

"Tapi koq Umi nggak pernah kelihatan suntuk dengan masalah anak ya?"

"Pernah juga, tapi nggak berlarut-larut. Nah itu maksud Umi. Apapun persoalan yang ada di luar diri kita, mempengaruhi atau tidak, semua tergantung kita."

Rina diam. Mencoba mencerna penjeasan Umi.

"Trus gimana caranya Mi ?"

"Rin, ada Allah yang selalu menyambut kapanpun kita datang, mendengar dan mengabulkan doa-doa yang baik untuk kita, ada tuntunan Rasulullah shalallahu'alaihiwassalam yang bisa kita amalkan, tapi kita sering melupakannya."

"Contohnya amalan apa Mi?"

"Dalam sehari, Rina biasa istighfar berapa kali?"

"Ya biasalah Mi, tiga kali setiap habis sholat?"

"Ngucap istighfar berat nggak? Berat mana dibanding nyanyi dangdut atau ngomelin anak?"

"Ah, Umi. Ya ringan istighfarlah," jawab Rina sambil senyum-senyum.

"Rasulullah itu, yang nggak ada dosa, dijamin surga, istighfarnya lebih dari seratus kali sehari, bagaimana dengan kita?"

"Apa hubungannya istighfar dengan suntuk, stres dan kesulitan hidup sih Mi?"

"Pertama, itulah tuntunan Allah dan Rasul dalam mengatasi kesulitan hidup. Kedua, secara logika, saat kita beristighfar, kita sedang minta ampun atas kesalahan dan dosa. Bagaimana sikap mental seorang yang sedang minta ampun? Tentunya dengan merendahkan diri, merasa diri hina dihadapan Allah, lemah tanpa kekuatan dan pertolongan Allah dan berharap jalan keluar dariNya."

"Seperti masih ada yang kurang Mi penjelasannya."

"Ok, kalau kita melakukan kesalahan atau dosa, gelisah nggak?"

"Gelisah Mi, takut dilihat orang, apalagi pas ingat kalau kita selalu diawasi Allah."

"Kalau kita gelisah, bisa nggak mengatasi masalah dengan mudah?"

"Ya nggaklah Mi, malah sibuk menenangkan diri sendiri."

"Itu maksud Umi, ketika kondisi kejiwaan kita tenang, masalah apapun insyaallah akan bisa diatasi, setidaknya, ketenangan itu bagian dari solusi."

***

@ "Maka aku (Nuh) berkata,'Mohonlah ampunan kepada TuhanMu, sungguh Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." 
QS Nuh (71) ayat 10 sd 12.

@ "Barang siapa yang kontinyu beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya,dan memberinya rizki dari arah yang tidak dia sangka."
HR Abu Daud dan Ibnu Majah )
 
 

WANITA IDAMAN RICHIE (WIR)


"Mi, Ichie boleh pacaran nggak?"

"Nggak boleh!"

"Trus, gimana Ichie mau dapat jodoh kalau nggak boleh pacaran?"

"Memang mau dapat jodoh harus pacaran?"

"Ya umumnyakan begitu."

"Memang kalau nggak pacaran nggak dapat jodoh?"

"Iiih Umi mah, koq muter-muter sih ngomongnya?"

"Yakan nanya, memang nggak boleh?"

"Umiii. . .dari tadi memang-memang terus!" Richie merajuk, bibirnya maju tiga centi.

"Memang Richie sedang cari jodoh?"

"Umi hobi banget pake memang sih?"

"Yo wes, nggak pake memang. Apakah Richie saat ini sedang mencari jodoooh?"

Richie tergelak melihat gaya Umi bicara sesuai EYD.

"Ya nggak gitu amat lah Mi ngomongnya. Kalau mencari jodoh iya, tapi kalau mau nikah, belum."

"Jadi untuk apa cari jodoh sekarang kalau belum mau nikah?"

"Ya pedekate dululah Mi, sambil mempersiapkan diri."

"Selama pedekate, apa yang dilakukan?"

"Iiiiiih Umi, kayak gitu aja ditanya, memang Umi nggak pernah pacaran?"

"Kalau pacaran setelah nikah, Umi tahu banget apa yang dikerjakan. Kalau pacaran yang sebelum nikah, Umi nggak tau, nggak pernah sih."

"Jadi beneran Umi nggak pacaran sama Abi sebelum nikah?"

"Nggak! Dan nyatanya, sudah berjalan 22 tahun baik-baik saja. Nggak ada jaminan yang nikah tanpa pacaran nggak bahagia karena tidak saling kenal dan pedekate sebelumnya, dan tidak ada jaminan yang pacaran untuk pedekate, pernikahannya akan bahagia dan langgeng. Malah ada yang usia pacarannya lebih lama dari usia pernikahannya, apa nggak miris tuh?"

"Trus Ichie gimana dong?"

"Gimana apanya?"

"Gimana cari jodoh tapi nggak pacaran?"

"Kan sudah ada tuntunannya gimana cari jodoh?"

"Kalau Ichie tertarik sama wanita karena cantiknya boleh nggak?"

"Boleh, tapi nanti kalau sudah nggak cantik lagi masih tertarik nggak? Apa cari lagi yang cantik?"

"Waaah, nggak tau juga sih. Trus gimana dong Mi cara yang benar mencari jodoh?"

"Richie cari jodoh untuk apa?"

"Umiii, Umi, ya untuk istrilah. Untuk dinikahi, membentuk keluarga, punya anak-anak, hidup bahagia, ya seperti orang normal pada umumnyalah."

"Wanita dinikahi karena cantiknya, atau kekayaannya, atau keturunannya, maka nikahilah wanita karena agamanya. Seorang wanita yang faham agama, akan faham juga apa hak dan kewajibannya sebagai seorang istri yang diridhoi Allah dan suaminya. Dia akan mendampingi dan mendukung suaminya dalam ketaatan kepada Allah, dia akan mengingatkan suami ketika akan terjerumus pada kemaksiatan, dia akan mendidik anak-anaknya menjadi manusia-manusia yang taat pada Allah, dia akan menjalin silatuhami keluarga dengan baik, intinya seorang istri yang baik agamanya akan membawa kaluarga menjalani kehidupan dunia sesuai tuntunan Allah dan merajut jalan menuju surga."

"Woww!" Richie melambung, tak bisa menyembunyikan kekagumannya.

"Koq woww?"

"Aku ingin istri seperti itu."

"Walaupun nggak cantik, kaya atau keturunan terhormat?"

"Lah katanya boleh menikahi wanita karena cantik atau kaya atau keturunan terhormat, aku mau berjodoh dengan wanita yang agamanya baik, cantik, kaya dan keturunan terhormat. Ada nggak Mi wanita yang seperti itu?"

"Ada, insyaallah, tapi. . ."

"Tapi apa Mi?" Richie semangat banget, sampai matanya hampir melotot, untung dia ingat, lalu sedikit meredupkan sorot matanya sambil sedikit nyengir.

"Apakah wanita seperti itu mau berjodoh dengan Richie?"

Hhhhh, Richie lemesss.Jawaban Umi seakan menghempaskannya ke dasar jurang. Semoga Umi hanya bercanda.

"Koq lemes Chie?"

"Umi bikin Ichie pesimis. Kenapa wanita ideal seperti itu nggak mau sama orang seperti Ichie?"

"Bukan begitu maksud Umi. Laki-laki boleh memilih siapapun yang diinginkannya untuk menjadi istri, tetapi wanita juga berhak menerima atau menolak laki-laki yang melamarnya."

"Kira-kira mau nggak ya wanita seperti itu menerima Ichie?"

"Nggak usah memikirkan itu, berusahalah untuk layak diterima bahkan dicari wanita seperti itu."

"Maksud Umi?"

"Ya karena kecenderungan manusia mendekat kepada yang sejenis, maksudnya wanita yang baik senang dan mengharapkan laki-laki yang baik, Allah juga mengarahkan kita dalam perjodohan, baik itu mencari jodoh maupun membantu saudara mencarikan jodoh, pasangkan laki-laki yang baik dengan wanita yang baik."

Richie diam merenung, menghitung-hitung dirinya, layakkah mendapatkan wanita ideal itu?

"Gimana caranya mencapai yang ideal itu?"

"Eh, ngomong-ngomong, Richie sudah punya inceran belum?"

"Emm, kasih tau nggak yaaaa?" Richie senyum-senyum nggemesin.

"Nggak kasih tau bakalan nyesel!"

"Koq ngancam sih Mi?"

"Biarin."

"Kalau Ichie nggak kasih tau gimana?"

"Ya gapapa gamama, paling Umi stop pembicaraan ini."

"Iiih Umi, dah umur juga ngambegan."

"Biarin! Cepetan, kasih tau nggak, kalau nggak, Umi mau terusin baca novelnya Ramaditya nih, nggak selesai-selesai."

"Iya-iya, kasih tau. Ichie nih lagi ipil sama seseorang Mi. Sepertinya dia memenuhi kriteria wanita ideal itu."

"Ipil apaan Chie?"

"Aaah, payah Umi. Ipil, dari I feel, ada rasa gituuuu! ya jatuh cinta lah."

"Cie-cie, yang sudah besar, dah jatuh cinta. . . sakit nggak?"

"Iiih Umi, malah ngeledek gitu sih?"mulut Richie mecucu lagi, wiih tambah jelek!

"Ngingetin aja sih, kalau mencintai sesuatu atau seseorang jangan berlebihan, bakalan menyksa nantinya. Biasa aja, kan belum tau, nantinya jadi jodoh apa nggak?"

"Koq gitu Mi?"

"Lha iyalah! kalau kita mencintai seseorang, pasti memikirkannya, merindukannya. Apalagi kalau berlebihan.
 Bayangkan, memikirkan dan merindukn seseorang yang bukan hak, belum milik, menyiksa nggak?"

"Ya Mi, sangat menyiksa." Rihie menggumam, terbayang wajah seseorang yang belum pernah dijumpainya secara langsung, tapi telah menyedot energinya luar biasa. Memikirkannya, merindukannya, mengganggu konsentrasinya, hhhhhh!

Melihat Richie diam terpaku, Umi ke belakang. Sebentar kemudian Umi muncul membawa sepiring pisang goreng panas.

"Gimana Chie?"

"Eh, apanya Mi?" Richie sedikit kaget, agak melamun tadi.

"Laaah, ngelamun! Umi masih di sini juga dah ngelamun, gimana kalau sendirian?"

"Maksud Umi gimana apanya?"

"Jatuh cintanya mau dilanjutin?"

"Emmm, gimana ya?"

"Kenapa? Menyiksa tapi nikmat ya?"

"Iiih Umi, apaan sih?" Richie, sok ngambeg, tapi senyum malu-malu, mengingat malam-malam yang dilaluinya.

"Hayooo ngaku!"

"Hayoo, Umi ngaku juga, pernah jatuh cinta ya sebelum nikah sama Abi?"

"Sssst, jangan kenceng-kenceng, nti Abi denger."

"Ya kaaan? Umi juga pernah jatuh cinta?"

"Umikan manusia normal. Jatuh cinta itu wajar, yang penting bagaimana cara mengelola perasaan itu agar tak ditunggangi syetan untuk melanggar aturan Allah."

"Eh, Umi dulu jatuh cinta sama siapa? Kasih tau doooong?"

"Umi tadi tanya Richie jatuh cinta sama siapa nggak? Trus Richie kasih tau siapa gadis yang Richie ipilin nggak?"

"Ha ha ha, Umi! Jangan lebay gitu dong, Mentang-mentang tau kosa kata baru, dipakai disembarang tempat Jangan malu-maluin Ichie dong Mi!"

"Lho, ada yang salah ya?" Umi bengong binti mlongo.

"Ipilin Miiii, apa itu?" Richie terpingkal sambil memegang perutnya, sungguh! Dia tak sanggup menahan tawanya.

Melihat tingkah Richie, Umi baru sadar. Wajahnya bersemu merah. . .malu.

"Yo wes! Mau dilanjutin nggak ngomongnya?" Umi sok galak, tapi bibirnya tak mampu menahan senyum.

"Eh kita tadi ngomongin apa ya? Dah sampe mana Mi?"

"Sampe laut!"

"Halah Umi! Ngambeg lagi. Nih Umi dah setua ini masih ngambegan, gimana waktu baru nikah sama Abi ya?"

"Heh, ada yang bilang, pesonanya wanita tuh di ngambegnya loh. Tuh buktinya, 22 tahun Abi nggak bosen sama Umi?"

"Waduh, Umi ge er banget. Pede abissss!"

"Mau diterusin nggak nih?" Umi ngancam lagi.

"Ya Umi, plisss, terusin yaaa!" Richie menangkupkan kedua telapak tangannya di depan mulut.

"Oke, sekarang Umi mau tuntun Richie gimana caranya bertemu jodoh idaman."

"Siap, Umi!

Umi menghela nafas, seakan sedang mengumpulkan energi untuk membahas masalah super penting.

"Allah menuntun kita, untuk menjodohkan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, logikanya, seorang laki-laki yang mengharapkan wanita yang baik, harusnya menjadi laki-laki yang baik, itu yang namanya memantaskan diri, faham?"

Richie menyimak dengan ta'zim.

"Faham nggak?" Umi mengulang pertanyaannya.

"Faham, Mi, silahkan dilanjut."

"Karena tak ada kejadian di dunia ini yang terjadi tanpa izin Allah, maka bersungguh-sungguhlah berdoa kepada Allah dan berupaya melakukan pendekatan diri kepadaNya dengan melakukan banyak amal sholeh."

Wah, beneran, Richie memperhatikan penjelasan Umi dengan super serius, beda banget dengan ketika mendengarkan penjelasan guru bahasa Indonesianya waktu sekolah dulu.

"Perbaiki lingkungan pergaulan. Logikanya, ketika lingkungan pergaulan baik, akan bertemu dengan orang-orang baik, nah, diharapkan jodoh itu akan merapat. Bisa dengan jatuh cinta langsung, bisa juga dibantu teman atau orang tua untuk mendekatkannya."

"Kalau jatuh cinta di dunia maya gimana Mi?"

"Mau nikahnya di dunia maya juga?"

"Maksud Umi?"

"Yang nikah profil dengan profil, trus yang menikahkan juga profil, penghulunya profil."

"Umiii!"

"He he, bercanda kalee! Serius banget. Ya sarana itukan banyak jenisnya, apalagi jaman sekarang, teknologi sudah luar biasa. Ya kenal di dunia maya boleh, tapi tetap saja prosesnya di dunia nyata."

"Kalau sudah menjalankan itu, apa dijamin Ichie dapat jodoh yang ideal?"

"Insyaallah, yang penting usaha maksimal sesuai aturan Allah. Semuanya terserah Allah, apakah memenuhi harapan atau menunda atau menggantinya dengan yang lain. Semua hak prerogatif Allah."

"Koq gitu Mi?"

"Lha iya, memang mau protes?"

"Ya katanya, Allah mengabulkan doa hamba-hambaNya? Allah nggak pernah ingkar janjikan Mi?"

"Betul, Allah mengabulkan doa hambaNya dan Allah tak pernah ingkar janji. Tapi konsepnya harus diluruskan, kalau Allah tidak mengabulkan doa sesuai harapan, itu bisa jadi Allah menundanya atau menggantinya dengan yang lebih baik. Kadang manusia berdoa untuk sesuatu yang dianggap baik untuk dirinya, tetapi menurut Allah, jika doanya dikabulkan justru akan membawa keburukan untuk hamba tersebut. Ini juga bagian dari ujian, apakah dengan begitu si hamba akan tetap taat, atau justru marah pada Allah dan kemudian ngambeg, nggak bersyukur, bahkan bisa kufur?"

"Iya sih, Ichie juga pernah melihat pasangan, yang satu begitu taat sama Allah, tapi pasangannya jauh banget, banyak maksiat."

"Allah telah menjadikan kehidupan nabi Nuh sebagai contoh pasangan yang tidak serasi menurut manusia, tapi di situ banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari sudut lain. Misalnya, kita bisa ambil pelajaran, bahwa keluarga juga bisa jadi ujian yang luar biasa berat untuk manusia."

"Jadi kita jarus siapkan dua sisi hati ya Mi?"

"Betul anak pinter. Apapun yang terjadi terimalah dengan ridho, hadapi dengan sabar dan syukur, semua adalah ujian untuk peningkatan kualitas diri kita, termasuk masalah jodoh., juga ujian untuk kita."

"Terima kasih Umi atas pencerahannya, mohon doanya, supaya Ichie terus bisa memperbaiki diri sampai bertemu Allah nanti." Richie terharu dengan semua penjelasan Umi, tak terasa air matanya menitik.

"Barokallah."

***

@ "Dan orang-orang yang berdoa,'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa',"
QS Al Furqon (25) ayat 74

@ "Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rizki yang mulia (surga)" QS An Nur (24) ayat 26.

@ " ...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
QS Al Baqarah (2) ayat 216.

@ "Barang siapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya." HR Abu Dawud.

Friday, January 31, 2014

BUKAN MENYERAH

"Wah, ada yang buka usaha seperti kita. Gedungnya tiga lantai, omzet perhari delapan jutaan!" lapor anakku.

"Usaha seperti kita?"

"Iya Mi. Seharusnya kita juga bisa seperti itu, dengan potensi SDM dan jam terbang yang sudah teruji."

"Umi sudah cape mikirin menejemennya. Umi pusing memikirkan bagaimana membayar hutang-hutang kita, jadi nggak mau mikir nambah modal dulu. Nanti saja, nunggu kalau ada anak Umi yang tertarik memperbesar usaha ini dengan menejemen lebih bagus, sementara biarlah begini dulu, Umi pengen lebih tenang."

"Umi menyerah?"

"Bukan menyerah. Lelah.!Dua puluh tahun bukan waktu yang sebentar untuk melihat, Umi dan Abi bekerja keras, hasilnya ya begini-begini saja. Mungkin memang jatahnya segini."

"Ya aku lihat sih, dia modal besar, kita nggak bisa ngikuti. Untuk dekorasi rukonya saja habis puluhan juta."

"Ya sudahlah, nikmati saja jalan masing-masing. Setiap orang memiliki rizki yang sudah ditentukanNya. Kita ikhtiar maksimal, hasilnya kembali kepada AR Rozak. Bersyukur dengan apa yang sudah diberikanNya. Mungkin rizki berupa materi kita merasa kekurangan, tapi menurut Allah sudah cukup, karena kita diberi rizki dalam bentuk lain. Orang lain mungkin diberi materi berlimpah, tapi bersamaan dengan itu juga diberi masalah yang banyak, entah itu masalah kesehatan, masalah keluarga, sosial dan lain-lain."

***

@  "Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendakiNya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rizki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman." QS Ar Ruum ayat 37.

@ "Barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuannya maka Allah akan memberikan kekhawatiran (kecemasan) padanya dalam segala urusannya dan Allah akan meletakkan rasa takut akan kemiskinan ada di hadapan matanya. Padahal dia tidak akan menerima kecuali apa yang telah ditakdirkan baginya dari dunia. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai maksud hidupnya, maka Allah akan menjadikan kemudahan baginya dalam segala urusannya. Allah akan meletakkan rasa kaya dalam hatinya dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan hina."  HR Ibnu Majah, hadist no 4105.

Wednesday, January 22, 2014

TERIMAKASIH

"Hafa, tolong ambilin buku di tempat tidur Umi!"

"Ya Mi," jawab Hafa sambil berjalan menuju kamar.

"Ini Mi," Hafa mengulurkan buku yang kuminta.

"Alhamdulillah, terima kasih ya."

"Ya Mi, sama-sama."

"O ow, kacamatanya lupa, Harish!"

"Ya Miiii!," Harish berlari mendekatiku.

"Umi minta tolong, ambilin kacamata di meja kamar!"

"Ya Mi," jawabnya sambil berlari, heeeh, Harish sepertinya nggak bisa jalan, bisanya lari, he he.

"Ini Mi,"

"Alhamdulillah, jazaakallah khoiron." kuterima kacamata dari tangannya.

"Koq gitu Mi momongnya?" protesnya.

"Ngomongnya," ralatku.

"Iya, ngomongnya. Tadi sama mba Hafa Umi ngomong terimakasih, koq sama Harish nggak terimakasih?"

"Oo, kita boleh mengucapin terima kasih, boleh juga mendoakan, jazaakallah khoiron, artinya semoga Allah membalasmu dengan kebaikan."

"Gitu ya Mi, tapi Harish belum bisa momongnya," he he selip lagi.

"Ya, nanti Umi ajarin ya."

***

@ "Tidak dinamakan bersyukur kepada Allah bagi siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia."
      HR Abu Daud dan Tirmidzi

@ "Barangsiapa diperlakukan baik oleh orang lain, kemudian dia berkata kepadanya,'Jazaakallah khoiron'           (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) maka ia telah memujinya dengan setinggi-tingginya."
      HR Tirmidzi