Monday, March 5, 2018

Amal Unggulan Bilal, Sang Muadzin Rasulullah Saw.


Awalnya, Bilal adalah budak milik sejumlah orang dari Bani Jumah di Mekah. Berita-berita tentang Nabi Saw. terdengar di telinga Bilal. ia mendengar Umayah bin Khalaf --salah seorang pemimpin Bani Jumah yang dituakan bersama sejumlah orang dari kabilahnya membicarakan tentang Rasulullah Saw. dengan hati penuh amarah dan kebencian.

Meski demikian, mereka sedikitpun tidak mengingkari bahwa Nabi Saw. adalah sosok yang amanah, ksatria, memiliki akhlak baik, jujur dan berakal cemerlang. Semua itu didengar Bilal, hingga ia merasa bahwa agama tersebut agama kebenaran dan Nabi Saw merupakan perahu keselamatan yang diutus Allah di tengah-tengah umat, untuk mengentaskan mereka dari lumpur jahiliyah menuju cahaya tauhid, selanjutnya menuju surga Ar-Rahman.

Bilal menerima seruan kebenaran itu dan melapangkan hati secara keseluruhan untuk menerima cahaya yang disampaikan Rasulullah Saw. dari sisi Rabb. Ia Iantas pergi menemui Nabi dan menyatakan diri masuk Islam, hingga merasa seakan-akan ia baru dilahirkan pada saat itu.
Ibnu Mas'ud ra. meriwayatkan, Bilal merupakan satu dari 7 orang yang pertama menampakkan keislamnya, selain Rasulullah Saw. Abu Bakar, Ammar, Sumayyah, Miqdad dan Shuhaib. Rasulullah Saw. dilindungi Allah melaui sosok pamannys, Abu Bakar melalui kaumnya, sedang yang lain mendapat siksa dari kaum musyrikin.

Kaum musyrikin mengetahui berita keislaman Bilal, dan tak pelak, mereka menimpakan siksa kepadanya tanpa mempedulikan  hubungan kerabat ataupun mengindahkan perjanjian.

Umayah bin Khalaf bin Wahab bin Hudzafah bin Jumah menyeret Bilal kala hari mulai terik, lalu dibaringkan di atas pasir yang panas, setelah itu Bilal ditindihi batu besar tepat di dada. Lalu Umayah berkata, ’Demi Allah, kamu akan terus seperti .ini sampai kamu mati, kecuali mau mengingkari Muhammad, menyembah Lata dan Uzza.’
Di balik siksaan yang dirasakan itu, Bilal tetap mengucapkan, ’Ahad, ahad.” Baginya, tak mengapa disiksa, selama karena Allah, di jalan Allah.

Suatu ketika, Abu Bakar melintas dan melihat Bilal tengah disiksa di pasir Mekah yang begitu panas menyengat. Dengan cepat, Abu Bakar segera bertindak dan melikuidasi seluruh perdagangan miliknya, selanjutnya membawa sejumlah uang untuk membeli budak-budak yang memeluk Islam untuk dimerdekakan, khawatir jika agama mereka terkena fitnah.

Begitu banyak keistimewaan Bilal sebagai bagian dari para sahabat Rasulullah Saw. Yang paling terkenal adalah, sebagai muadzin.

Bilal terus mengumandangkan adzan untuk Rasulullah Saw. sepanjang hidup. Saat Rasulullah Saw. pulang ke haribaan Allah dan waktu shalat tiba, Bilal mengumandamgkan adzan di tengah kerumunan orang, saat itu Nabi Saw. masih ditutupi kain dan belum dimakamkan. Saat sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah," air mata Bilal berderaian hingga suaranya tersumbat ditenggorokan, kaum muslimin pun larut dalam tangisan dan kesedihan. Setelah itu, Bilal
mengumandangkan adzan selama tiga hari Iamanya. Setiap kali sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,” Bilal menangis dan membuat semuanya ikut menangis. Saat itulah Abu Bakar, khalifah Rasulullah Saw. meminta Bilal untuk tidak lagi mengumandangkan Adzan karena tak kuasa meneruskan sejak  Rasulullah Saw. telah tiada.

Bilal meminta izin kepada Abu Bakar untuk pergi ke Syam untuk berjihad dan menjaga perbatasan. Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat mencintai Bilal. la pada mulanya ragu untuk melepas kepergian Bilal, hingga Bilal berkata padanya, "Jika engkau dulu membeliku untuk diri pribadi, silahkan engkau pertahankan aku di sini. Tapi jika engkau membeliku karena Allah, biarkan aku berbuat sesuatu untuk Allah."

Hingga batas ini, sulit sekali menahan air mata haru saat membaca kisah beliau. Begitu besar kecintaan yang terjalin antara para sahabat.

Ada satu keistimewaan amal Bilal yang menjadi salah satu sebab keistimewaannya sebagai calon penghuni surga.

Abu Hurairah ra. meriwayatkan, "Nabi Saw. berkata pada Bilal seusai shalat Subuh, "Hai Bilal, beritahukan padaku, apa amalan dalam Islam yang paling kamu harapkan pahalanya. Sungguh, aku mendengar suara detak kedua sandalmu di surga.’ Bilal berkata, ’Tiada amalan yang Iebih aku harapkan pahalanya melebihi setiap kali aku bersuci pada siang dan malam, aku selalu shalat dengan wudhu itu seperti yang ditakdirkan untukku." (Muttafaq 'alaih)
Sumber: Biografi Sahabat Nabi  (Syaikh Mahmud Al-Mishri)