Tuesday, February 18, 2014

MALU

"Stres saya jadi guru SMA sekarang, Mi."

"Kenapa Bu Nina, apa karena program sekarang lebih rumit?"

"Kalau itu sih, nggak terlalu masalah. Apalagi yang sudah sertifikasi."

"Jadi masalah apa yang bikin stres? Gaji sudah memadai, bahkan guru sekarang seperti dimanjakan dengan adanya tunjangan untuk yang sudah sertifikasi."

"Kalau dibandingkan dengan guru sebelum tahun dua ribuan, guru sekarang memang kehidupan ekonominya jauh lebih baik, tapi masalah yang dihadapi jauh berbeda, terutama masalah moral anak-anak sekarang."

"Di mana bedanya?"

"Seingat saya, saat masih sekolah menengah, kami tak ada yang berani melawan guru, begitu menghormati dan segan dengan sosok guru. Juga masalah pergaulan, tak sebebas sekarang, mungkin karena kemajuan teknologi yang sudah merambah ke mana-mana ya, jadi pengaruh negatif itu mudah sekali menular."

"Masalah apa yang paling bikin stres Bu Nina?"

"Masalah pergaulan antar lawan jenis, lebih tepatnya masalah pacaran, bahkan ada beberapa siswa yang belum lulus SMA, tapi sudah mendapat gelar MBA."

"Hah! MBA apa maksudnya?"

"Ah Umi, masa nggak tau? MBA, married by accident, menikah karena kecelakaan, hamil duluan."

"Oo, Umi kira ada program baru, SMA sambil kuliah, kan enak, bisa hemat waktu he he he."

"Ah, Umi ada-ada aja."

"Memang beda banget anak sekarang. Jaman Umi dulu, kalau SMP ketauan pacaran, waaaah, bakalan malu pake bangets, lah anak sekarang, SMP belum punya pacar justru sangat malu, seolah diri merasa nggak laku, kok seperti jualan ya?"

"Itu dia Umi, sepertinya pangkal masalah ada di situ, ketiadaan rasa malu. Karena rasa malu yang bisa mencegah seseorang melakukan sesuatu."

"Sepertinya ukuran rasa malu semakin bergeser. Dulu, jika seorang cewek ketahuan naksir cowok, rasanya malu, seperti nggak punya harga diri, sekarang cewek nembak duluanpun sepertinya nggak masalah."

"Dulu, jika seorang wanita hamil di luar nikah, maka keluarga akan mengungsikannya, karena itu aib luar biasa. Sekarang, anak hamil  segera dinikahkan bahkan dengan pesta besar-besaran."

"Dulu, pacaran sebatas surat-suratan, trus apel ke rumah cewek, ngobrol di rumah di temani orang tua."

"Sekarang, Mi, hhhhh bikin gerah! Saya yang jadi guru malu luar biasa, bagaimana nggak? Di kelas, di angkot, di jalan, tingkah anak-anak ABG itu sangat meresahkan, berani sekali mereka berpegangan, bahkan berciuman tanpa malu di lihat orang lain. Bagaimana lagi kalau hanya berduaan?"

"Apa mereka tidak tahu bahwa itu dosa?"

"Menurut saya, bukan nggak tau, Mi. Tapi nggak mau tau!" bu Nina tampak geram.

"Belum tentu lho, Bu Nina. Bisa jadi mereka memang belum ada yang memberi tau, mereka hanya mencari tau sendiri dari sarana informasi yang tersedia."

"Saya sebagai guru, sudah sering memberi tahu, bahkan mendiskusikan dengan mereka, tapi tetap saja mereka melakukannya."

"Bu Nina sudah memberi tau, tapi guru lain? Apakah juga orang tuanya juga sudah membimbing mereka? Karena pada kenyataannya, tidak semua orang tua memahami masalah hukum dan bahayanya pacaran bagi anak-anak mereka, karena bisa jadi mereka dulu juga pacaran."

"Sebenarnya, tanggung jawab siapa semua ini?"

"Tidak bisa hanya diserahkan pada salah satu pihak. Semua punya tanggung jawab. Orang tua, sebagai pendidik pertama dan utama seharusnya sudah menanamkan keimananan dan pendidikan syariat kepada anak-anaknya sebelum mereka baligh, sehingga pada saatnya, mereka sudah tahu hukum halal, haram dan dengan keimanan yang memadai mereka bisa menjaga diri.
Guru,sebagai orang tua di sekolah, mendidik dan mengawasi mereka ketika di sekolah, pemerintah yang berwenang membuat peraturan dan masyarakat yang juga berkewajiban mengawasi dan membimbing mereka dengan berbagai sarana yang ada."

"Idealnya begitu ya, Mi?"

"Tapi pada kenyataannyakan nggak seideal itu, ya sudahlah, apa yang bisa kita jangkau, kita lakukan, terutama kita sebagai orang tua dan guru. Ketika kita berusaha sungguh-sungguh, insayaallah akan dimudahkan olehNya, seandainyapun hasilnya tak sesuai harapan karena begitu banyaknya tantangan dari luar, setidaknya kita sudah lepas kewajiban sambil terus evaluasi atas upaya yang sudah kita lakukan selama ini."

"Segala daya upaya harus kita lakukan untuk menggalang kerjasama dengan segenap unsur bangsa, karena kita tidak sedang membicarakan anakku atau anakmu, tapi anak kita, penerus generasi bangsa."

***

@ "Dan janganlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk." terjemah Al Quran surat Al Isra ayat 32.

@"Dan janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan wanita, karena syetan akan menjadi yang ketiganya." HR Ahmad dan Tirmidzi

@ "Tidaklah jadi berzina seorang pezina ketika ingin berzina, sementara dia masih beriman. Dan tidaklah jadi minum khamer seorang peminum khamer ketika akan meminumnya sementara dia masih beriman. Dan tidaklah jadi mencuri seorang pencuri ketika akan mencuri, sementara dia masih beriman." HR Bukhari

@ "Di antara perkataan para nabi terdahulu yang masih diketahui banyak orang pada saat ini adalah jika engkau tidak lagi memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesuka hatimu." HR Bukhari

@ "Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan." HR Bukhari & Muslim

@ Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata,"Rasulullah SAW lewat di hadapan seorang Anshor yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu, maka Rasulullah SAW berkata,'Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman." HR Bukhari.

No comments:

Post a Comment