Rina menghempaskan bokongnya ke sofa dengan wajah kesal.
"Kucel amat wajah, belum mandi?"
"Sudah," jawabnya lirih.
"Belum sarapan?"
"Sudah, tadi sambil nyuapin Rara."
"Ada apa, Umi perhatikan seperti ada yang beraaaat banget?"
Rina menghela nafas berat, berusaha menghilangkan sesak dadanya.
"Mi, kenapa hidup Rina seperti ini, seakan nggak pernah lepas dari kesulitan hidup. Kapan Rina bisa merasakan lega, bebas dari himpitan dan bisa hidup senang dan bahagia?"
"Ada masalah apa tho?"
"Banyak Mi, . . rizki yang seret, suami yang gampang putus asa dalam berusaha, anak-anak yang kurang pengertian dan sulit diatur, semua bikin Rina suntuk dan stres!"
"Hmm, mana dulu yang mau diselesaikan?"
"Kalau bisa semua Mi, sekalian."
"Ibarat benang kusut, untuk mengurai dan meluruskannya kita perlu cari ujungnya."
"Kalau masalah Rina ini, mana ujungnya?"
"Kalau menurut Rina, yang mana?"
"Nggak tau Mi, pusing."
"Sebenarnya kita bisa mengambil yang mana saja dari setiap masalah itu sebagai ujung, tapi kalau Umi senang mengambil yang ada dalam diri. Karena apa yang ada dalam diri kita lebih mudah kita kendalikan."
"Maksud Umi?"
"Coba inventarisir masalah yang sedang Rina hadapi; rizki seret, suami yang mudah putus asa, anak yang sulit diatur, Rina suntuk dan stres. Mana yang ada dalam diri Rina?"
"Suntuk dan stres. Tapi, bukankah justru suntuk dan stres Rina akibat dari tiga masalah itu?"
"Sepintas terlihat seperti itu, tapi apakah harus seperti itu?"
"Maaf Mi, Rina belum ngerti."
"Apakah setiap orang yang rizkinya seret terlihat suntuk dan stres?"
"Hmm, nggak tau juga sih Mi, belum pernah tanya-tanya ke orang lain."
"Anak Umi enam orang, mungkin nggak kalau semua selalu manis dan gampang di atur?"
"Sepertinya nggak mungkin deh! Rina aja yang hanya punya dua banyak sekali kemauannya."
"Logikanyakan Umi tiga kali lebih suntuk dari Rina?"
"Tapi koq Umi nggak pernah kelihatan suntuk dengan masalah anak ya?"
"Pernah juga, tapi nggak berlarut-larut. Nah itu maksud Umi. Apapun persoalan yang ada di luar diri kita, mempengaruhi atau tidak, semua tergantung kita."
Rina diam. Mencoba mencerna penjeasan Umi.
"Trus gimana caranya Mi ?"
"Rin, ada Allah yang selalu menyambut kapanpun kita datang, mendengar dan mengabulkan doa-doa yang baik untuk kita, ada tuntunan Rasulullah shalallahu'alaihiwassalam yang bisa kita amalkan, tapi kita sering melupakannya."
"Contohnya amalan apa Mi?"
"Dalam sehari, Rina biasa istighfar berapa kali?"
"Ya biasalah Mi, tiga kali setiap habis sholat?"
"Ngucap istighfar berat nggak? Berat mana dibanding nyanyi dangdut atau ngomelin anak?"
"Ah, Umi. Ya ringan istighfarlah," jawab Rina sambil senyum-senyum.
"Rasulullah itu, yang nggak ada dosa, dijamin surga, istighfarnya lebih dari seratus kali sehari, bagaimana dengan kita?"
"Apa hubungannya istighfar dengan suntuk, stres dan kesulitan hidup sih Mi?"
"Pertama, itulah tuntunan Allah dan Rasul dalam mengatasi kesulitan hidup. Kedua, secara logika, saat kita beristighfar, kita sedang minta ampun atas kesalahan dan dosa. Bagaimana sikap mental seorang yang sedang minta ampun? Tentunya dengan merendahkan diri, merasa diri hina dihadapan Allah, lemah tanpa kekuatan dan pertolongan Allah dan berharap jalan keluar dariNya."
"Seperti masih ada yang kurang Mi penjelasannya."
"Ok, kalau kita melakukan kesalahan atau dosa, gelisah nggak?"
"Gelisah Mi, takut dilihat orang, apalagi pas ingat kalau kita selalu diawasi Allah."
"Kalau kita gelisah, bisa nggak mengatasi masalah dengan mudah?"
"Ya nggaklah Mi, malah sibuk menenangkan diri sendiri."
"Itu maksud Umi, ketika kondisi kejiwaan kita tenang, masalah apapun insyaallah akan bisa diatasi, setidaknya, ketenangan itu bagian dari solusi."
***
@ "Maka aku (Nuh) berkata,'Mohonlah ampunan kepada TuhanMu, sungguh Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu."
QS Nuh (71) ayat 10 sd 12.
@ "Barang siapa yang kontinyu beristighfar, maka Allah jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitannya, kesudahan dari setiap kesedihannya,dan memberinya rizki dari arah yang tidak dia sangka."
HR Abu Daud dan Ibnu Majah )
saya kalau lagi galau,sumpek,atau kesel pasti diingatin suami istighfar ^^
ReplyDeletebersyukur ada yang selalu mengingatkan, barokallah
Delete